10 Life Lessons from My Mother

Semasa hidupnya, Ibu selalu mengajari saya untuk….

1. Selalu menjaga kerapihan dan  kebersihan
Terdengar standar dan simpel sekali, memang. Tapi dari apa yang diajarkannya kepada anak-anaknya sejak kami masih kecil, kami menjadi terbiasa untuk hidup dalam keteraturan, kerapihan dan kebersihan.  Tidak hanya kebersihan dan kerapihan kamar dan rumah, tapi juga kerapihan pribadi. Karena beliau percaya, kebiasaan untuk selalu menjaga akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi seseorangn untuk menata hidupnya.

2. Menghargai orang lain dengan berusaha memenuhi setiap undangan yang diberikan kepada kita.
Seperti yang sudah pernah saya tuliskan disini, Ibu selalu menjadi orang yang paling bersemangat untuk menghadiri setiap undangan yang ditujukan kepadanya. Bahkan untuk undangan yang mengambil tempat di luar kota sekalipun, beliau selalu lebih dini mempersiapkan segala sesuatunya. Baginya, ketika seseorang sudah mempertimbangkan dan akhirnya memutuskan untuk memasukkan nama kita sebagai satu dari ratusan tamu yang diundang, maka itu adalah sebuah kehormatan yang harus dijaga. Sekalipun kita tidak bisa mengadirinya karena sebuah alasan, maka Ibu selalu berusaha mendatangi pihak yang mengundang sebelum atau sesudah hari H, atau bahkan sekedar mewakilkan kehadirannya melalui sebuah kado yang dititipkannya.

3. Selalu mengingat hari ulang tahun orang-orang terdekat
Saya berani jamin, di keluarga kami, hanya almarhum ibu lah yang paling hafal diluar kepala tanggal-tanggal lahir anggota keluarganya. Tidak hanya hari kelahiran suami dan anak-anaknya, tapi sampai tanggal lahir menantu dan cucu-cucunya, beliau hafal semua. Bahkan beliau lah yang paling lebih dulu mengingatkan kepada kami melaui SMS atau telepon, ketika ada salah satu anggota keluarga yang hari itu berulangtahun. Beliau juga yang selalu berinisiatif untuk ‘menggalang dana’ untuk memberikan kado ala kadarnya.

“… seikhlasnya aja.. yang penting perhatiannya..”.

Kini setelah beliau tidak ada, entah siapa yang akan bisa melanjutkan tradisi maha baik ini…..

4. Selalu menjaga kedekatan dengan tetangga
Kami tinggal di sebuah kompleks perumahan di dekat sebuah perkampungan di Magelang. Suasana kekeluargaannya masih sangat dekat sekali. Ibu lah yang semasa hidupnya selalu mengajak kami untuk bersikap ramah dan baik kepada tetangga kami, ibu juga yang selalu mewanti-wanti kami untuk selalu ikut serta dalam setiap kegiatan kampung. Dan Ibulah yang selalu  rajin mewakili ayah jika beliau berhalangan hadir dalam sebuah acara di kampung. Itulah yang membuatnya sangat dihormati di lingkungan tempat tinggal kami. Menurutnya, para tetangga lah yang kelak pertama  kali akan kita mintai pertolongan dan akan memberikan pertolongan dikala kita sedang membutuhkanya.

Ibu juga yang mengajak beberapa perempuan di sekitar rumah untuk membantunya dalam usaha konveksi kecil-kecilan dirumah, supaya mereka memiliki kegiatan yang bisa menghasilkan dan membantu keuangan rumah tangga mereka walau tidak banyak. Boleh percaya boleh tidak, usaha konveksi itu sama sekali belum menghasilkan balik modal. Tapi entah darimana, ibu selalu memiliki anggaran untuk menggaji karyawan-karyawannya itu.  Sehingga saya hanya bisa tertegun, ketika Ibu meninggal satu bulan yang lalu, setiap ibu-ibu di sekitar rumah saya semuanya datang menghampiri saya, menangis, dan berkata,

“….ibu  niku tiyang sae, Mas Andre…. (Ibu itu orang baik, ,Mas Andre) ”.

Ya, ibu memang orang yang baik. Sangat baik.

5. Berusaha tidak merepotkan orang lain
Ibu adalah orang yang sangat tegar. Apapun akan dilakukannya, apapun akan dijalaninya sendiri selama ia masih mampu, tanpa harus meminta bantuan orang lain. Belasan tahun mengidap Kanker , baru di tahun-tahun terakhir kemarinlah beliau menceritakannya kepada kami, anak-anaknya. Dengan alasan tidak ingin membuat anak-anaknya repot, risau, sedih dan ketakutan, beliau berusaha menyimpannya sendiri, dan berobat sendiri ditemani Ayah. Saya sempat marah ketika mengetahui keputusan ibu yang menyimpan rapat-rapat penyakitnya itu. Tapi itulah ibu. Dia tidak ingin merepotkan orang lain, walau jelas-jelas tidak ada orang lain yang akan merasa direpotkan olehnya.

Sebelum kepergiannya bulan lalu, ibu sempat sekali ingin membeli tas berwarna putih. Bersama ayah, mereka sempat melihat-lihat pilihan tas di berbagai gerai di Mal. Ayah bercerita, sebenarnya ia tahu kalau Ibu sempat tertarik dang ingin memilih salah satu tas di sebuah toko. Tapi begitu melihat harganya yang cukup mahal, ia mengurungkan niat untukmembelinya, dengan alasan “.. belum cocok.. “. Sebenarnya ayah tahu,  ibu terlihat sangat menyukai tas tersebut. Ayah memaksa ibu untuk tetap membelinya, tapi ibu menolak. Padahal ibu tidak perlu mengeluarkan uang untuk membelinya. Ayah yang akan membelikan untuk ibu. Tapi ibu menolak. Ayah akhirnya mengalah, tidak memaksa. Karena Ayah tahu, dalam hati yang paling dalam, ibu sepertinya merasa sudah merepotkan Ayah dengan biaya pengobatan untuknya yang sangat-sangat besar, dia tidak ingin merepotkan Ayah lagi dengan memintanya membelikan tas putih kesukaannya itu….

6. Selalu memberikan perhatian kepada orang terdekat, sekecil apapun itu
Setiap kali saya pulang ke rumah dari bepergian kemanapun, Ibu selalu berpesan,

“Sempatkan beli oleh-oleh buat yang dirumah. Apapun, lah. Cemilan-cemilan murah juga nggak apa-apa. Untuk menunjukkan perhatian sama yang dirumah…”.

7. Selalu memberikan ciuman kepada orang terdekat dengan sepenuh hati
Kebiasaan dalam keluarga kami, setiap kali kami henda pergi atau baru saja pulang dari bepergian, kami selalu mengucapkan “Assalamualaikum”, mencium tangan kanan dan kemudian pipi kanan dan kiri secara bergantian. Dan Ibu yang sering kali protes, setiap kali saya secara ‘asal’ mendaratkan ciuman di pipinya.

“Yang bener dong nyiumnyaa…..”

begitu protesnya. Kalau sudah diprotes begitu, biasanya saya kemudian akan mendaratkan ciuman yang lama dipipi beliau hingga beliau tersenyum puas. Ya, dia seolah selalu mengingatkan, bahwa jangan sampai kebiasaan itu berubah menjadi sebatas kebiasaan saja sehingga kehilangan makna sesungguhnya, yaitu saat untuk mengekspresikan kasih sayang kami sesungguhnya.

8. Selalu mengerti kesukaan orang terdekat kita
Bukti nyata seseorang sangat mengerti dan perhatian kepada kita, adalah ketika mereka tahu dengan pasti apa yang menjadi kesukaan kita dan ketidaksukaan kita. Dalam hal makanan, misalnya. Ibu tahu, saya tidak pernah rewel dalam urusan makanan. Beda dengan Bapak, yang sering merasa makanan buatan ibu sering kurang asin, sehingga ibu selau menyediakan garam halus di meja makan khusus untuk Ayah

Ibu juga tahu bahwa dalam keadaan lapar, saya pasti akan langsung ‘diam’ kalau dibuatkan Telur Mata Sapi yang disajikan dengan nasi putih panas. Sejak saya kecil sampai sekarang, hanya inilah makanan yang menurut saya makanan yang paling juara sedunia! Dan sampai sekarang, hanya Ibu lah yang bisa menggorengkan Telur Mata Sapi yang sesuai dengan keinginan saya. No one else.  Tidak ada yang membuat telur mata sapi  seenak buatan Ibu….

9. Selalu percaya, berbakti  dan setia kepada pasangan
Mereka menikah di tahun 1973. 36 tahun sudah ibu memegang kesetiaan dan berbakti kepada Bapak. Hingga hanya maut yang akhirnya memisahkan mereka. Kesetiaan luar biasa dari istri seorang tentara, yang selalu ditinggal suaminya bertugas di awal-awal pernikahan mereka. Yang harus berani dan rela melahirkan ketiga anak pertamanya tanpa didampingi suami yang sedang dikirimkan berperang di daerah konflik. Bisa dibayangkan bagaimana pengorbanannya? Hanya seseorang dengan kekuatan cinta yang besar yang bisa melakukannya.

Saya ingat, bahkan seorang ibu penjual daging  yang menjadi langganan kamipun bisa melihat tulusnya kesetiaan ibu kepada bapak. Ketika pada beberapa hari setelah kepergian ibu, penjual daging langganan kami lah yang menceritakan kepada saya,

“… saya bisa ngelihat, Mas.. Ibu itu sebelum beliau meninggal, walau dalam keadaan sudah nggak sehat, tapi tetap kelihatan masih ingin ngeladenin bapak.. masakin bapak…saya tuh sampai terharu ngeliatnya…”

10. Untuk selalu dekat kepada Yang Maha Kuasa
Tidak hanya selalu mengingatkan saya untuk tidak meninggalkan Shalat. Tapi hingga di akhir hidupnya pun, Ibu masih memberikan saya contoh yang nyata, tentang bagaimana seharusnya kita membuat diri kita dekat dengan pencipta kita.
Sehari sebelum kepergiannya, disaat kesadarannya sudah sangat menurun dan sulit  diajak berkomunikasi, setiap kali Ibu  mendapatkan kekuatan untuk bersuara, tidak ada keluhan yang keluar dari mulutnya. Hanya bacaan “Subhanallah” dan “Allahu Akbar” yang keluar dengan lemah dan terbata-bata dari mulutnya. Hanya itu.

Saya hanya bisa memandangnya dengan penuh kekaguman dan kebangga, sambil memeluknya dengan erat. Hebat sekali  perempuan ini. Dalam keadaan yang selemah itu, dengan susah payah dia masih berusaha mengingat Tuhannya, memuji dan membesarkan namaNya. Dalam saat-saat terakhirnya, dengan cantiknya Ibu masih sempat mengajari saya untuk selalu dekat dengan Tuhan…

Do you ever know that you’re my hero, Mom?

Selamat Hari Ibu, Ma. Mama sudah berhasil menyelesaikan tugas Mamah dengan baik di dunia ini……

13 comments so far

  1. Irni on

    tidak ada yang bisa menggantikan posisi ibu kapan pun itu… semoga beliau berada dekat denganNYA di alam sana mas. amin

  2. Lia on

    hiks..dan saya pun menangis membaca postingan ini mas ganteng…..semoga kelak aku bisa seperti ibumu ya mas ganteng unutk anak2ku….amiiin…hiks *masih nangis*

  3. yessymuchtar on

    Damn!

    Bikin nangisssssssssssss!!!

  4. nurkeren on

    nulisnya sambil nangis ga mas??? coz yang baca ampe terisak-isak neh…

    Jadi inget ibuku walaupun terlihat cuek abis dan bahkan ga ingat kapan ultah anaknya (aneh sekali khan?) tapi dia adalah orang tradisional yang oprn minded banget and tentu saja sangat sayang pada anek-anaknya yang bandel-bandel ini

  5. roxy on

    “Ooh bunda..
    Ada dan tiada dirimu kan seLaLu ada di daLam hatiku..”

  6. roxy on

    Ass. mas deka..
    aku uda baca blognya mas deka ne udah dari setaun LaLu
    hehe
    aku suka banget ma postingan yg juduLnya
    “i think god can expLain”
    aiLaippiuh dah :p
    b0Leh ndak aku jadi fansnya mas deka?!
    Uhuii

  7. didot on

    dua jempol tangan buat ibunya,dan dua jempol kaki juga kalo bisa diangkat buat ibunya mas deka ini…

    sayang sekali figur ibu sedari kecil digantikan oleh ayah (yg kurang keibuan) dan oleh oma saya, karena kedua orang tua saya udah bercerai semenjak saya berumur setahun.

    sometimes back in the past i envy those who grow up with their mother’s loving tenderness,now that must include you too i guess ,especially after i read this one…

  8. Meutia on

    Selamat jalan ibu…
    (sambil menahan tangis..)

  9. ryudeka on

    Thank you, all..
    Just want to share what’s inside.

    Menjadi ibu itu bukan soal melahirkan anak, atau menjadi pasangan dari sami.

    Menjadi ibu adalah berani menempatkan diri sebagai suri tauladan dan menjadi tempat sumber kasih bagi seisi keluarga.

    Bahkan bagi perempuan yang tidak melahirkan pun, bila ia menjadi cahaya bagi keluarga-keluarganya, maka ia adalah IBU.

  10. dian on

    Aku kok baru baca ini mas.
    Hhhfff… marai kangen mbokku tercinta. Wanita terhebat di dunia

    Mas, ibumu pasti bangga punya anak seperti kamu. Iki tenanan. Ora rezz lho

  11. erni sulist on

    mas deka,aku temennya anid.salam kenal 😛
    dalam keharuan membaca postinganmu,aku cukup teryakinkan bahwa “tradisi” itu tidak akan pernah putus,lewat kebesaran hati putra putri beliaulah kebiasaan2 simpel tapi sgt mulia itu akan diteruskan.semangat ya mas! *usap2 airmata*

  12. Rania on

    kakak…
    bikin nangis…
    budhe emg baik bgt,…
    walopun kel d ambarawa jarang k magelang, tp budhe kl pergi k semarang sesempat mgkn pasti mampir k ambarawa…
    mgkn tu salah satu bentuk care-ny budhe dan pakdhe k ponakanny…
    aku jd kangen…
    terakhir, lebaran kmrn budhe kelihatan sehat bgt waktu k ambarawa…
    gak nyangka aja bakalan kehilangan budhe secepet ini…

  13. rizazmiy on

    Wah tulisanmu sukses membuat saya menangis T.T ibu memang tak ada duanya. Wanita yg paling kuat di seluruh dunia. 🙂


Leave a reply to Lia Cancel reply